Kontemplasi penuh arti


pandanganku seolah menyempit beberapa waktu ini, ketika diseberang sana kulihat seorang ibu sedang membatik dengan cantingnya, atau seniman lukis yang sedang asyik masyuk dengan karyanya, aku dipersempit oleh fikiranku tentang seni, aku seolah menghilang ke negeri nyata yang kasat mata, betapa aku tidak berbalik sudah lama jua. meninggalkan mimik seribu wajah, pada dunia tatap disebuah bujur sangkar yang tinggi dengan permainan lampu disana sini. musik menyayat pelipur jiwa, aku mengembara tlah lama jua, bahkan ketika kulihat beberapa darinya melebur dengan segala kehidupan absurdnya dunia ambigu penuh makna. aku terombang ambing penuh ragu, tak kunjung melangkah ataupun mundur teratur. aku tetap disini jua. memainkan semua permainan fikiranku, meronce indah perjalanan hidupku bak sesuatu yang apik. namun aku melewati banyak hal yang sekiranya penuh tatapan miris bagi setiap wajah disekitarku.


berikan aku sebuah amunisi, kembalikan tawaku teman... aku butuhimu kini dalam banyak dukaku yang tak mampu kuhadapi sendiri...


aku tak berpaling darimu wahai teman, bahkan aku disini saat ini menemani sepimu, bercerita tentang indahnya meronce kehidupan kita. jadikannya sebuah cerita indahmu kelak.


dan ketika semua tak bergeming, aku tetap memiliki mimpi yang kiranya masihlah absurd, tak kunjung tiba bahkan masihlah jauh. aku tengah asyik merangkai sebuah perjalanan manisku yang sebenarnya bukan urusanku. aku takut terselimut jiwa patologis dengan duka yang bukan dukaku. oh betapa hidup begitu rumitnyakah? atau aku yang membuat keadaan ini seolah nyata? aku selalu penuh tanya, dan tak memerlukan jawaban berarti. apa yang aku inginkan sebenarnya???


bagaikan jiwa autis yang melalang dalam buana, bagi dunianya sendiri... tak tersentuh... tak terjamah. asyik masyuk, betapa dunia bagai surga dalam bayangannya sendiri, hingga tak kuasa bagi wajah lain tuk menjamahnya...


betapa aku menginginkan hidup tidak dalam sebuah labirin yang menyesatkan, betapa aku ingin lepas dalam kungkungan kesedihan dan ku lempar dalam keranda yang kemudian terkubur menjadi masa lalu. aku memiliki angan bahkan asa yang masihlah ada. tidak untuk wajah yang penuh akan ratapan. aku akan meninggalkanmu, namun tidak jika wajahmu penuh akan senyum.


kembali dalam realitas ketika kulihat seorang ibu sedang membatik dengan cantingnya, dan sipelukis tengah asyik dengan karyanya, aku sendiri di tempat yang berbeda kini, disini berhadapan dengan cermin didepanku, tanpa sehelai benangpun melekat pada tubuh ini. Apa yang kuingini sebenarnya??? tanda tanya yang sekiranya mengubah sudut pandangku kelak. yang tak kunjung menghampiri jua.


-menulis dalam kebimbangan-

Tidak ada komentar: